Great Detective (Chapter 4)
15.56.00
Naomi menyiapkan Shotgun-nya.
“Sudah waktunya, Naomi!” ujar Jodie.
Naomi mengangguk. Sudah lebih dari setahun sejak ia resmi
menjadi agen FBI.
Shuichi menepati janjinya. Ia memang benar-benar sangat
sebentar melatih Naomi. Hanya satu minggu, dan Naomi hanya belajar
dasar-dasarnya saja. Sebagai gantinya, Naomi dilatih oleh Thomas Koglan. Sniper
kewarganegaraan Inggris yang juga menjadi agen FBI.
Memang, jika dibandingkan dengan Shuichi, Koglan belum ada
apa-apanya. Tapi, lumayanlah 98% tepat sasaran. Naomi belajar tanpa lelah sampai
akhirnya ia dinyatakan benar-benar siap.
Setelah menjadi aagen FBI, Naomi jarang pulang ke rumahnya.
Mungkin seminggu ia hanya pulang dua kali. Ia juga pindah ke sekolah yang
jadwalnya tidak terlalu padat agar bisa berkonsentrasi pada tugasnya. Intinya, hampir
seluruh waktunya dihabiskan untuk FBI.
Yusaku dan Yukiko lambat laun semakin memahami tekad Naomi.
Mereka mendukung, walau terkadang rasa khawatir itu tetap ada.
“Naomi!” panggil Jodie lagi, memastikan bahwa Naomi
benar-benar siap dalam dinas pertamanya.
“Ya, Kak Jodie?” Naomi menyahut.
“Bersiaplah! Akai baru saja menelepon kalau dia menemukan
Vermouth di sebuah gedung kosong.” perintah Jodie seraya meninggalkan Room J.
Naomi telah siap dengan kostum Sniper Hare, lengkap dengan
topeng ibu kandungnya untuk berjaga-jaga. Ia lalu memakai helm yang telah
disiapkan, dan mengambil kunci sepeda motornya. Bersiap melakukan tugas
pertamanya malam ini.
*
Naomi memacu sepeda motornya dengan kecepatan 40 km/jam. Dia
membagi konsentrasi pada earphone di telinganya dan jalan di hadapannya.
“Hare!” sebuah panggilan terdengar dari earphone itu. “Ke Mangroves
Street sekarang! Vermouth melarikan diri. Dan, Gin ikut campur.” ujar suara itu
lagi, suara Jodie Starling.
“Baik!” suara Naomi terdengar samar, karena jalanan kota New York
walau sudah semalam ini tetap saja berisik.
Naomi mulai mengingat-ingat kemana jalan tercepat menuju Mangroves Street .
Sebelum dinyatakan siap tugas, Naomi benar-benar menghafal seluruh seluk beluk kota New York
dan jalur tercepat menuju suatu lokasi.
Gadis itu membelokkan sepeda motor hitamnya ke kiri.
Mangroves Street adalah jalan yang cukup besar dan dikelilingi gedung-gedung
dua lantai. Namun dari yang Naomi lihat, saat ini jalan itu sangat sepi.
Ia mulai mendengar suara tembakkan dan memutuskan untuk
memarkirkan motornya disini. Sangat berbahaya jika ia membawa kendaraan kesana.
Naomi mengendap-endap sambil merapatkan shotgun di belakang
punggungnya seakan menyembunyikannya. Jantungnya berdegup cepat. Ini adalah
tugas pertamanya. Dan, ada Gin disana. Dari yang Naomi baca dari catatan
ayahnya, Gin adalah orang kepercayaan boss.
Naomi, ingat Poker
Face! kata-kata gurunya kembali terngiang. Ya, saat ini yang Naomi perlu
ingat adalah poker face. Ia harus mempertahankan poker face-nya.
Semakin lama, Naomi semakin mendekat. Ia bersembunyi.
Shuichi telah menodongkan revolvernya pada seseorang. Menurut Naomi, dia orang
yang bernama Vermouth. Dari tempatnya sembunyi samar-samar Naomi mendengar
percakapan…
“Huh, padahal aku sudah menyingkirkan pembunuh itu. Dan anak
Yukiko, Coolguy serta malaikatku sudah susah payah menyelamatkanku, masa
sekarang kalian mau menyia-nyiakan usahaku dan kebaikannya dengan membunuhku.”
Naomi tersentak mendengar kata-kata Vermouth. Anak Yukiko? Coolguy? pikirnya. Selain itu, mengapa
suaranya wanita? padahal orang itu tak terlihat seperti wanita. Dahinya
berkerut menyiratkan kebingungan yang luar biasa.
“Hm…” terdengar gumaman meremehkan dari Shuichi Akai. Ya,
Shuichi Akai. Entah kapan terakhir Naomi mendengar suaranya. “Kurasa, anak muda
itu tidak akan keberatan jika aku membuatmu tak berdaya. Lagipula, apa
alasannya anak polos itu menolongmu, ya?”
“Perlukah alasan?” Jawab Vermouth yakin. Tidak terdengar
seperti sebuah pertanyaan.
“Apa maksudmu?” Sejenak terlihat gurat-gurat kebingungan di
wajah Akai. Begitupun James Black yang ada di sebelah Akai.
“Itu jawaban Coolguy waktu aku menanyakannya. Dia tidak tahu
apa alasan orang saling membunuh. Tapi, untuk saling menolong tidak ada jawaban
yang logis, bukan?” ucap Vermouth sambil bertolak pinggang.
Entah mengapa suara Vermouth terasa sangat familier di
telinga Naomi. Tapi, siapa?
DOOR!! Shuichi menembakkan revolvernya menggores wajah
Vermouth terlihat ada wajah seorang wanita dibaliknya. Tapi tak terlalu jelas.
Naomi menyaksikan sendiri bahwa Vermouth sebenarnya wanita, dan ia bisa
menyamar. Sekilas, penyamaran itu persis dengan penyamaran miliknya dan ibunya.
Ilmu menyamar yang dipelajari dari Kuroba-sensei. Sangat sempurna…
DOOR!! DOOR!! DOOR!! Terdengar tembakan lagi. Tapi, kali ini
Shuichi roboh. James menopang Shuichi yang roboh karena ditembak dengan tiga
peluru sekaligus.
“Terima kasih Korn, Chianti, Calvados!” ucap Vermouth dengan
senyuman mengembang.
Kemana Kak Jodie? pikir
Naomi. Kenapa dia tidak terlihat? Dan,
kemana agen yang lainnya?
“Oke, Vermouth! Kulupakan sejenak kebencianku padamu karena
kau telah memberiku mangsa yang sangat ganas. Hahahaha…” Chianti tertawa.
Calvados dan Korn menyertai tawanya. Seseorang yang dikenali Naomi sebagai
Vodka muncul di belakang Vermouth.
“Sekarang, apa yang akan kita lakukan pada para kucing ini?
Mereka kan
sudah tidak memiliki pasukan lagi, karena pasukannya telah kau bubarkan,
Vermouth.” ujar Vodka dengan nada meremehkan.
Naomi melihat Shuichi terkapar. Ia langsung tersadar dan
menyiapkan shotgunnya. Lalu…
DOOOR!! DOOR!! DOOR!! dia merobohkan Chianti, Korn, dan
Calvados dalam sekali libas. Vermouth dan Vodka merasa tertarik. Mereka berdua
berbalik menghadap Naomi, dan tepat pada saat itu…
DOOR!! DOOR!! Dua tembakan itu mengenai tulang rusuk
Vermouth dan perut Vodka. Vermouth dan Vodka tak gentar. Mereka mengambil
pistol. Naomi yang menyadari peluru Shotgunnya hampir habis meraba saku
kanannya dan mengambil revolver dengan tangan kanan secepat mungkin. Ia tetap
memegang shotgunnya dengan tangan kiri. Dan dengan…
DOOR!! DOOR!! mengambil sudut yang tepat, Naomi menjatuhkan
senjata Vermouth dan Vodka. Naomi langsung menyarungkan kembali revolvernya dan
meraih shotgun. Lalu…
DOOR!! DOOR!! sekali lagi peluru Shotgun itu menghantam
tubuh Vermouth dan Vodka. Vermouth terjatuh. Tapi Vodka masih tetap bertahan
walaupun darah telah keluar dari bibirnya. Tiba-tiba…
“HARE AWAS!!” Shuichi berteriak. Naomi segera berbalik. Dan
dari jauh…
DOOR!! DOOR!! dua butir peluru melesat cepat ke arah Naomi
dari arah yang berbeda dan dari senjata yang berbeda.
Sreettt… Naomi berusaha menghindar. Tapi pelutu dari arah
depan mengenai perutnya. Untungnya tidak terlalu berasa dan masih bisa ditahan
rasa sakitnya. Mungkin senjatanya pistol yang sangat bagus, sehingga Naomi
masih merasa sakit walaupun ia telah mengenakan jaket anti peluru yang
dirangkap dengan D-Pad. Naomi berlari mendekati Shuichi dan melemparkan
Shotgunnya. “Tangani dia. Sisa dua peluru.” Naomi lalu meraba saku kanannya.
Ditariknya revolver dan dilemparkan pada James. “Masih ada lima peluru.” ujarnya lagi. Semua itu
dilakukannya dalam waktu yang sangat singkat.
Shuichi menguatkan diri untuk berdiri dibantu oleh James.
Dan…
DOOR!! Peluru yang ditembakkan Shuichi mengenai perut
Chianti yang tadi kembali bangkit menembak Naomi, sebelum Chianti kembali
berontak. Ia lalu menangani Calvados dan Korn serta Vodka dan Vermouth yang
sepertinya masih memiliki tenaga untuk berdiri. Karena peluru Shotgunnya tidak
cukup, Shuichi mengambil revolver yang ada di tangan James. Dan memintanya
untuk mengambil Shotgun yang terlempar sewaktu Shuichi roboh.
Sementara itu, Naomi mengarah pada seseorang yang
menembaknya dan tepat mengenai perutnya. Naomi meraba saku kirinya, dan sedikit
bernafas lega.
Orang tersebut maju. Laki-laki bertopi dan berambut kuning
itu mengarahkan pistolnya pada Naomi. “Kau mau bermain-main dengan kami, Nona?”
ucap Laki-laki itu.
Naomi menggunakan gaya
bahasa dan suara rekayasa yang telah dipersiapkannya. “Oh, Sir. Untuk apa aku
bermain-main dengan kalian?”
“Entahlah. Kau yang harusnya menjawab.” ucap laki-laki yang
dikenali Naomi sebagai Gin.
“Tidak. Aku tidak main-main. Aku serius.” Jawab Naomi dengan
nada seorang Lady.
“Siapa kau?” tanya Gin akhirnya to the point.
“Oh, kenalkan. Aku Hare, The Sniper Lady. Aku agen FBI yang
baru.”
DOOR!! dengan sigap Naomi meraih Tokalev yang ada di saku
kirinya dan menembakkannya ke arah pistol Gin yang tidak bisa diketahui apa
jenisnya. Pistol Gin terlempar. “Salam kenal!” ujar Naomi dengan senyum
angkuhnya.
“Kurang ajar kau anak kecil!” Gin geram. Namun…
DOOR!! DOOR!! dua tembakan itu mengenai perut dan menggores
wajah Gin.
“Semua… MUNDUR!” teriak Gin pada Vodka, Vermouth, Calvados,
Chianti, dan Korn.
Kelima orang itu-pun sudah hampir menyerah menghadapi
Shuichi yang berhasil menguasai senjatanya lagi.
Mereka berenam-pun mundur. Shuichi yang sudah kepayahan
roboh. Naomi-pun yang sedari tadi menahan rasa ngilu akibat peluru Gin karena
terus berdiri tegap langsung lemas.
“Seandainya saja, para agen FBI tidak dibubarkan dan ruko di
sekitar sini tidak akan diratakan, mungkin hari ini keenam jagoan Organisasi
Baju Hitam itu akan kita tangkap.” terdengar keluhan James ketika Naomi
membantunya mengangkut Shuichi ke dalam mobil.
“Lebih baik bicarakan ini di kantor, Sir. Bawalah Kak
Shuichi. Aku akan menyusul dengan sepeda motorku.” ujar Naomi masih dengan
suara Sniper Hare hasil rekayasanya.
James mengangguk dan segera melajukan mobilnya.
Setelah mobil James dirasa cukup jauh, Naomi mengarahkan
tubuhnya ke satu arah. Dalam hati Naomi memaki diri sendiri. Seharusnya, untuk
profesi sniper ia harus senantiasa membawa peluru cadangan. Dengan ragu, Naomi
mengeluarkan Tokalev-nya yang hanya tersisa dua buah peluru lagi.
“Keluarlah kau!” Naomi berteriak sambil mengacungkan
pistolnya ke arah tersebut.
Sunyi. Tak ada jawaban.
“Keluarlah kau, pengecut! Jangan hanya berani bersembunyi
dan menyerangku dari belakang. Ayo hadapi aku!” tantang Naomi lagi.
Tukk… Takk… Tukk…
Terdengar suara langkah kaki sepatu hak mendekat. Dari
langkah kakinya, nampaknya hanya seorang. Naomi sedikit lega. Sesosok manusia
perlahan-lahan muncul dan menyeruak di kegelapan. Perlahan sosok itu semakin
jelas. Dia membawa pistol. Naomi menatap tepat ke bola mata sosok tersebut.
Mendalami dan membaca isi pikirannya.
Ada keterpaksaan, kesepian, kesedihan, kedinginan, dan rasa
ingin bebas dalam mata sosok yang dibalut busana serba hitam dan dengan rambut
panjang yang juga hitam itu.
Sosok yang dikenali sebagai…
To Be Continued…
Bab 5 Identitas
Terungkap
Setelah malam itu, Naomi
yang penasaran langsung pulang ke rumahnya dan menginterogasi kakaknya secara
diam-diam. Ia harus menyelidiki siapa itu Vermouth dan mengumpulkan seluruh
fakta-faktanya. Lalu, Naomi berhasil mengungkap identitasnya…
0 Comments