Invisible Detective (Chapter 1)
16.13.00
Beika
Tokyo, Japan
Sepuluh jam telah
berlalu sejak Naomi keluar dari bandara Narita usai menyelesaikan kasus itu
bersama Heiji Hattori (baca : I’m NOT
Perfect). Saat ini, gadis itu berada di dalam porsche carreranya yang baru
diambil dari tempat ia memesan.
Hatinya sedang
berkecamuk hebat malam ini. Kak Jodie telah mengatakan, kalau FBI memberinya
kebebasan bergerak. Bahkan, jikapun Naomi tidak ikut dalam penyergapan malam
ini, dia diijinkan. Karena, saat ini dia masih dalam tahap pematangan.
Tapi, tentu saja
kekeras kepalaannya tak menginginkan dia hanya duduk dan mendengar cerita hasil
penyergapan tersebut. Belum lagi, ia sangat penasaran dengan identitas
Vermouth. Dulu di New York, ia berhasil menarik kesimpulan bahwa Vermouth
adalah pembunuh yang diselamatkan oleh Ran dan Shinichi. Namun, tak ada esensi
lebih jauh.
Menurut file
ayahnya, Vermouth diduga kuat adalah Sharon Vineyard. Karena FBI mengambil
seorang anak yang ayahnya yang juga FBI, terbunuh karena ulah Vermouth. Anak
itu mengidentifikasi Vermouth sebagai Sharon Vineyard.
Berarti, mungkin
dia memang Vineyard-sensei. Jika merujuk pada kemampuan penyamarannya, rasanya
memang begitu. Tapi, bukankah dia dikabarkan telah meninggal? Yang tersisa
hanyalah anaknya, Chris Vineyard. Apakah dia penerus ibunya? Atau, orang yang
sama dengan ibunya?
Entahlah... Naomi
menghela nafas panjang. Rasanya semua kenyataan ini terlalu sulit diterima
akal. Yang harus diputuskan Naomi sekarang adalah, kemana ia akan pergi malam
ini.
Naomi belum
benar-benar memahami Jepang. Dia tidak tahu seluk beluknya. Dan dia tidak tahu,
area apa yang menyambutnya. Sebaiknya, aku dibelakang Kak Jodie mungkin,
pikirnya dalam hati.
Naomi mengendarai
mobilnya kembali ke sebuah apartemen. Dia telah mengambil sebuah keputusan
mutlak.
...
“Naomi, apa kau
bisa melihat mereka dari sini?” tanya Shuichi di sebelah Naomi.
Saat ini, mereka
berdua sedang berada di atas gedung tempat Vermouth dan Kak Jodie berdiri.
Mereka hanya samar-samar mendengar percakapan Bahasa Inggris. Karena harus
menjaga jarak agar tak ketahuan oleh sniper organisasi yang telah bersiap jauh
di depan mereka.
“Aku bisa melihat
mereka, hanya saja tak cukup mendengar percakapan mereka.” jawab Naomi sambil
berbisik.
“Baiklah Naomi,”
balas Shuichi. “Setelah aku tak lagi disampingmu, tembak titik vital sniper
itu. Sepertinya, keadaan di bawah mulai gawat.”
Shuichi dalam
sekejap menghilang dari samping Naomi. Gadis itu tahu apa yang harus
dilakukannya. Dia harus menembakkan pistol berperedam untuk melumpuhkan si
sniper, dan menggunakan shotgun di saat yang bersamaan dengan Kak Shuichi untuk
merobohkannya. Tentu saja bersamaan agar suaranya tersamarkan.
FBI berharap agar
sniper itu tidak mati, agar bisa dimintai keterangan.
Rupanya, tepat
ketika Naomi akan menembak sniper itu dengan pistol berperedam, terdengar suara
shotgun dari bawah, sehingga secara refleks, Naomi menukar pistolnya dengan
shotgun, dan menembakkannya.
DOORR!!
Sniper itu roboh.
Naomi segera ke posisinya untuk memastikan kondisi si sniper. “Celaka!” ujar
Naomi. “Dia mati!”
Naomi melongok ke
bawah, ia melihat seorang wanita yang samar-samar ia kenali sebagai Ran Mouri
terbaring di tanah dengan memeluk gadis kecil yang tak kukenal.
Kemudian Kak
Jodie bermaksud berlari mengejar mobil yang pengemudinya menembakkan sesuatu ke
mobil FBI. Tapi Naomi mendengar Kak Shuichi mengatakan sesuatu yang terpotong.
“...belum bisa bertemu dengan gadis berambut coklat ini.” Aku mencoba lebih
menajamkan telinga. “Bagaimana kalau kita bersiap menyelamatkan anak laki-laki
jenius dalam mobil itu?”
Hah? Anak
laki-laki? Naomi terkejut. Mungkinkah di dalam mobil itu ada anak laki-laki?
Kalau begitu, Vermouth. Aku yang akan bertaruh denganmu.
Naomi menenteng
Shotgun dan pistolnya, segera berlari ke mobil kesayangan terbarunya, porsche
carrera hitam. Dengan cepat memacu mobilnya ke arah Vermouth menghilang...
...
“Biar aku yang
urus Vermouth dan menyelamatkan anak itu, Kak Shuichi.” kata Naomi yakin saat
Shuichi Akai meneleponnya.
Naomi cepat
menutup teleponnya, sebelum Shuichi menceramahinya macam-macam. Dia tak ada
waktu untuk mendengarkan ceramah yang sia-sia, dan takkan mengubah
pendiriannya.
Gadis berambut
coklat panjang itu sedikit bimbang. Mungkinkah ia berjalan ke arah yang salah?
Dia terus memacu
mobilnya sebelum terlambat.
Dari kejauhan,
terlihat sebuah mobil yang tak asing lagi di matanya. Tampaknya, mobil yang
dikendarai Vermouth.
Naomi turun dari
mobilnya dan berjalan keluar dari mobil. Tepat pada saat itu, terlihat wanita
berambut panjang blonde platina keluar dari mobil yang ditujunya.
Wanita itu
melihat Naomi. Bahkan memandangnya cukup lama dengan seringainya. Naomi
berpikir. Bagaimana jika ia mencoba mempertaruhkan dugaannya. Siapa tahu, apa
yang ia pikirkan sebelum penyergapan ini benar. Mungkin benar.
Jadi, Naomi
memanggil wanita itu, “Wow, mimpi apa aku sampai bertemu dengan seorang artis
kawakan Chris Vineyard. Yang dianggap sebagai anak dari Sharon Vineyard. Namun
sebenarnya adalah...”
“Tepat sekali
Naomi.” sebelum Naomi menyelesaikan kata-katanya, Vermouth telah menyahut. “Sekarang
kau sudah besar ya?” Naomi menghela nafas.
Tepat? Ternyata
memang tepat ya? Bahkan dia mengenalku, fikir Naomi. Padahal dia adalah orang
yang kukagumi. Padahal aku sangat mengaguminya.
Naomi menunduk. Dia
begitu terpukul dengan apa yang menjadi kenyataan. Meski dia telah
memperkirakannya, dia tak pernah menyengka bahwa ada hal mustahil yang terjadi
di sunia ini.
“Why, dear?”
tanya Vermouth memandang Naomi.
Air mata
membasahi pipi Naomi perlahan demi perlahan. “Stop call me like that.” sahut
Naomi dengan suara parau dan serak. “You’re not kind enough to call me like my
hero, Aunti Sharon. I love her, because she is the best woman ever I meet. Not
like you!” bentak Naomi.
“Naomi, she is
me. And until the end of time, I still Sharon Vineyard.” lanjut Vermouth. Entah
apa yang wanita berambut blonde platina itu pikirkan sekarang. Mungkinkah dia
agak... sedih?
“NO, SHARON ISN’T
EVIL. SHE IS MY HERO. SHE IS MY IDOL. I CAN’T BELIEVE YOU!” Naomi berteriak
sambil menangis. Menjatuhkan seluruh senjata yang dimilikinya ke tanah. Hatinya
rasanya hancur. Padahal, Sharon adalah pahlawannya, idolanya. Kenapa harus dia?
“Hare,” panggil
Vermouth tegas. “tangkap aku!”
“Tidak!” jawab
Naomi tegas.
Naomi menatap
Vermouth. Dia memanggilnya, Hare? Mungkin sebenarnya dia sudah tahu kalau Naomi
adalah Hare sejak penyergapan waktu itu.
Naomi dan
Vermouth untuk beberapa saat hanya mampu diam. Naomi asyik dengan luluhnya
sesuatu yang asin ke pipinya, dan Vermouth hanya memperhatikan.
Tiba-tiba,
kata-kata seseorang merasuki pikirannya, Apa
ini Naomi? Ingat POKER FACE!
Setelah mendengar
suara itu, entah medapat kekuatan darimana, Naomi mengusap seluruh airmatanya.
“Aku bukan pengecut yang akan menangkapmu dalam kondisi seperti ini.” Gadis itu
mengembalikan seluruh gaya bicaranya yang serius dan penuh misteri.
“Oh ya?” Vermouth
merespon dengan sedikit tersenyum. Mungkin diam-diam, dia tersenyum karena
Naomi dapat mengembalikan keangkuhannya.
“Aku
menghormatimu sebagai Sharon Vineyard. Guruku yang kukagumi. Tapi sekarang kita
berbeda, Vermouth.” Naomi berlutut, memungut senjatanya, dan kembali berdiri
mengangkat kepala. Menatap Vermouth dengan berani.
“Ya, Naomi. Kau
bukan gadis kecilku lagi saat ini. Kita adalah dua wanita yang berdiri di kubu
berbeda.” tambah Vermouth.
“Kau hitam, dan
aku putih. Kita bukanlah abu-abu yang bebas memilih kemana akan berjalan. Now,
we are enemy.” Naomi menyahut lagi. Kali ini benar-benar tanpa airmata yang
tersisa.
“Salah satu dari
kita akan membunuh yang lainnya.” kata Vermouth dramatis.
“Semua itu
diselimuti oleh rahasia. Tak ada yang akan tahu baik aku atau kau. Tentu saja
karena...”
“A SECRET MAKES A
WOMAN WOMAN!” Naomi dan Vermouth berbicara bersamaan. Mereka satu sama lain
melemparkan senyum penuh rahasia. Lalu mereka berbalik ke arah yang berlawanan.
Vermouth menghilang
dibalik pepohonan. Dan Naomi memeriksa keadaan dalam mobil. Seorang anak
laki-laki yang tampak tak asing terlihat di depan matanya. Namun, ia tak
mengenalinya.
Naomi bermaksud
menyentuhnya ketika melihat alat transceiver yang dirusak. Kalau sinyal sempat
diterima oleh orang yang terhubung dengan alat ini, mungkin seseorang akan
datang. Karena Naomi belum mau memperlihatkan kehadirannya di depan banyak
orang, dia memutuskan untuk kembali ke mobil dan menelepon Shuichi Akai untuk
memberitahukan keberadaan anak laki-laki itu.
...
“Jadi begitu
ceritanya, Kak Jodie.” Naomi manggut-manggut ketika mendengar cerita tentang
bagaimana Jodie menyaksikan ayahnya dibunuh, dan tentang dia yang berusaha agar
keberadaannya tak terlacak Vermouth.
“Begitulah,
Naomi. Itu sebabnya aku jarang ikut penyergapan terang-terangan. Dan, apa kau
bersedia untuk menceritakan tentang hubunganmu dengan Vermouth?” tanya Jodie
Starling.
“Sebelum itu,
Kak. Bisa tolong ceritakan tentang anak laki-laki yang ada di mobil Vermouth?”
pinta Naomi.
“Maksudmu Conan
Edogawa? Aku punya banyak cerita tentang dia.” sahut Jodie bersemangat sambil
tersenyum.
To be continued
Chapter 2 : One
More Kudo
Kudo yang lain
datang ke SMU Teitan. Apa hubungannya dengan Shinichi? pikir Ran.
Kalau cerita
sebelumnya sangat sesuai dengan komik, seperti teater Golden Apple, Kematian
Saguru Itakura, dan sekarang tentang undangan halloween atas nama vermouth,
maka fanfic ini kedepannya tidak sesuai dengan komiknya. Maaf, karena aku
sedikit mengacak cerita. Namanya juga fanfic. Tapi hal penting seperti
kecelakaan Rena Mizunashi, kedatangan Eisuke Hondo, dan aksi Kid si pencuri
akan tetap ada. Jangan khawatir.
0 Comments