I'm NOT Perfect (Chapter 2)
16.10.00
Narita
Tokyo, Japan
“Aku tahu negara
mana saja yang dikunjungi oleh korban. Walaupun masih ada satu yang agak
mengganggu pikiranku.” jelas Naomi padaku.
Aku menyentuh
smartphone-nya dan menatap layarnya. “Kalau itu, aku juga tahu. ‘Negeri
merdeka’ pasti maksudnya Thailand.” ujarku.
“Ya, karena
Thailand tidak pernah dijajah oleh negara manapun. Sehingga dijuluki rumah
rakyat merdeka. Kalau ‘benua baru’ sudah pasti Amerika Serikat. Itu julukan
Amerika yang cukup terkenal.” Naomi menimpali. Tapi aku berani bertaruh, saat
mengatakan itu, terbesit senyum mencurigakan di bibir mungilnya. Senyum untuk
apa?
“’Negeri tembok’,
mungkin China. Karena China terkenal dengan temboknya, yang rumornya dapat
terlihat sampai ke bulan.” aku kembali beranalisis.
“Ya, Hattori.
Dan, ‘negeri atlantik yang hilang’ adalah Indonesia. Yang kabarnya diperkirakan
negeri atlantik, karena kemiripan ciri dan bentuk tubuh penduduknya.” ternyata
wanita ini tahu banyak ya.
“Berarti Naomi,
kita bisa tanyakan pada Detektif Takagi, jalur penerbangan mereka selama dua
bulan terakhir. Dan mungkin, kita bisa memecahkan kasus ini tanpa harus tahu
siapa itu ‘ninja’.” ujarku sambil memandangi smartphone Naomi. Kalau dari
bentuknya, ini memang bukan keluaran Jepang.
Aku masih
penasaran dengan Naomi. Siapa sih dia sebenarnya. Dia benar-benar mirip dengan
orang itu. Sungguh. Apa hubungannya dengan orang itu ya?
“Hattori!” aku
mendengar suara seoorang laki-laki memanggilku. Aku menoleh. Ternyata, itu
Paman Takagi.
“Ada apa?”
tanyaku padanya.
“Inspektur Megure
mencarimu. Dia ingin mendiskusikan sesuatu.” katanya.
“Baiklah. Ayo,
Naomi!” tanpa sadar, aku mengajaknya.
Naomi mengikutiku
menemui Inspektur Megure. Kami berjalan bersebelahan. Gadis ini terus melihat jam
tangan dan handphone nya secara bergantian. Seakan dia telah ditunggu oleh
seseorang.
...
“Yang memiliki
alibi hanya Jimmy Cloud. Itu bisa dibuktikan dengan kesaksian salah satu
pramugari yang terus bersamanya sejak dua jam yang lalu pesawatnya mendarat
dari Thailand. Sisanya tak memiliki alibi.” Inspektur Megure menjelaskan.
“Begitu
ternyata.” gumam Naomi.
“Inspektur,
bisakah aku meminta keterangan perjalanan yang mereka lakukan selama dua bulan
terakhir.” pintaku.
Inspektur Megure
mengangguk dan menyerahkan sebuah kertas padaku. Aku melihatnya dengan Naomi di
belakangku.
Dua bulan lalu, seluruh pilot bar empat yang
menjadi tersangka, dikirim ke Indonesia untuk mengemudikan pesawat Obama dan
para pengawalnya.
Jimmy Cloud, 45 (Amerika Serikat)
Sebulan yang lalu melakukan perjalanan ke Amerika
Serikat, Jepang, Inggris, Perancis
Kemarin lusa ke Singapura, Jepang
Kemarin sampai hari ini ke Thailand, Jepang
Hattori Jay, 43 (China)
Sebulan yang lalu dikirim ke Papua Nugini,
Australia
Setelah melakukan perjalanan itu, cuti selama
sebulan karena ibunya sakit, dan baru kembali bekerja hari ini mengemudikan
pesawat Thailand-Jepang
Harry Lord, 46 (Inggris)
Sebulan yang lalu melakukan perjalanan ke Amerika
Serikat, Amerika Selatan
Kemarin lusa ke Brazil, Afrika Utara
Kemarin sampai dengan hari ini, ke Myanmar, Jepang
“Berarti, tak ada
yang cocok dengan perkiraan kita ya?” Naomi membuyarkan keseriusanku. Iya juga.
Tak ada yang cocok dengan perkiraan kami. Kalau menurut kami, seharusnya ada
yang dua bulan lalu ke Indonesia, sebulan lalu ke Amerika Serikat, kemarin lusa
ke China, dan kemarin ke Thailand.
Tapi tak ada yang
persis. Paling mendekati adalah Jimmy Cloud, tapi dia memiliki alibi. Apa ada
yang salah? Tapi di sebelah mana?
Lagipula, apa
maksudnya ‘ninja’?
Sial. Tak ada
petunjuk, dan Shinichi pasti menungguku. Eh, handphone-ku berbunyi. Dari siapa
ya? Mungkin dari Shinichi. Kubiarkan sajalah.
Tapi, kalau dia
dalam bahaya bagaimana?
Yasudahlah,
kuangkat. “Halo, Kudo!” aku melihat kilatan di mata Naomi memandang ke arahku.
Wanita itu seram juga ya, ternyata. Ah, sebaiknya aku menjauh darinya.
“Hei, Heiji
dimana kau? Kau harus didandani dulu tahu.” kudengar sahutan seorang bocah di
telingaku.
“Sabar, ya. Aku
sedang terlibat sebuah kasus. Mungkin sejam lagi baru akan selesai.” jawabku.
Ya Tuhan, semoga bocah itu bisa menungguku.
“Baiklah, tapi
cepat ya. Aku mau dengar kasus seperti apa itu.” ujarnya. Dan teleponnya mati.
Huh, bagus. Sekarang, aku harus memikirkan baik baik analisisku dari awal. Aku
telah menemukan cara untuk melakukan kejahatan itu. Dan aku telah meminta Paman
Takagi untuk menjaga para tersangka agar tidak mengganti pakaian agar barang
bukti tidak hilang.
Masalahnya,
bagaimana cara menekan si pelaku agar mengakui perbuatannya. Dan sebelum
beranalisis, minimal, aku sudah melengkapi 80% dari total keseluruhan puzzle,
agar si pelaku tidak mengelak dengan mudahnya.
“Huh, dimana ya
letak kesalahanku. Bagian mana dari kata-kataku yang salah?” suara Naomi
terdengar dari belakangku. Dia bergumam sendiri sambil menggaruk-garuk kepala.
Namun, lagi-lagi dia menatapku, dengan tatapan aneh.
Tunggu dulu, tadi
dia berkata ‘bagian mana dari kata-kataku yang salah?’ Berarti dia yakin
analisisnya mengandung sebuah kesalahan.
Kalau tidak
salah, waktu memecahkan teka-teki catatan, dia bilang ‘Aku tahu negara mana
saja yang dikunjungi oleh korban. Walaupun masih ada satu yang agak mengganggu
pikiranku.’ Mungkin satu dari apa yang dia sampaikan, adalah hal yang salah.
Analisis soal
Thailand, adalah analisisku. Analisis Naomi yang pertama adalah ‘kalau ‘benua
baru’ sudah pasti Amerika Serikat. Itu julukan Amerika yang cukup terkenal’ dan
analisis keduanya, ‘‘negeri atlantik yang hilang’ adalah Indonesia. Yang
kabarnya diperkirakan negeri atlantik, karena kemiripan ciri dan bentuk tubuh
penduduknya’.
Bagian mana ya,
yang salah?
Aku harus
berpikir keras.
...
...
...
Ah, ya. Itu dia.
Aku tahu dimana kesalahannya. Dan, pelakunya nyaris tertebak. Hanya tinggal
‘ninja’ yang belum terpecahkan. Ayolah, Heiji, berpikir lebih keras.
“Naomi berjalan
melewatiku. Dia menghampiri Paman Takagi. Dia bertanya, “apakah di sau korban
ditemukan tiket anime movie atau yang berhubungan dengan kartun Jepang?”
Paman Takagi
menoleh. “Ya, banyak sekali tiket kartun Jepang. Tapi semuanya tulisan alphabet
dan aku agak sulit membacanya.” jawab polisi itu. “Ngomong-ngomong, kau siapa?”
tanyanya.
Naomi menatap
Paman Takagi dan menjawab, “mungkin aku sama sepertimu, hanya saja cakupanku
lebih luas.”
Setelah bertanya
pada Paman Takagi, Naomi menghampiriku. Dia tersenyum padaku, dan berkata,
“ayo, ninja, kita harus memecahkan kasus ini!”
Dan aku,
menyadari sesuatu.
To be continued...
Part 3 : You’re
the Winner
Semua puzzle
telah lengkap. Kedua detektif telah siap meringkus sang ‘ninja’. “Kau yang
menang. Aku kalah.”
0 Comments