Selasa, 14 Juni 2016

I'm NOT Perfect (Chapter 2)

Narita
Tokyo, Japan

“Aku tahu negara mana saja yang dikunjungi oleh korban. Walaupun masih ada satu yang agak mengganggu pikiranku.” jelas Naomi padaku.
Aku menyentuh smartphone-nya dan menatap layarnya. “Kalau itu, aku juga tahu. ‘Negeri merdeka’ pasti maksudnya Thailand.” ujarku.
“Ya, karena Thailand tidak pernah dijajah oleh negara manapun. Sehingga dijuluki rumah rakyat merdeka. Kalau ‘benua baru’ sudah pasti Amerika Serikat. Itu julukan Amerika yang cukup terkenal.” Naomi menimpali. Tapi aku berani bertaruh, saat mengatakan itu, terbesit senyum mencurigakan di bibir mungilnya. Senyum untuk apa?
“’Negeri tembok’, mungkin China. Karena China terkenal dengan temboknya, yang rumornya dapat terlihat sampai ke bulan.” aku kembali beranalisis.
“Ya, Hattori. Dan, ‘negeri atlantik yang hilang’ adalah Indonesia. Yang kabarnya diperkirakan negeri atlantik, karena kemiripan ciri dan bentuk tubuh penduduknya.” ternyata wanita ini tahu banyak ya.
“Berarti Naomi, kita bisa tanyakan pada Detektif Takagi, jalur penerbangan mereka selama dua bulan terakhir. Dan mungkin, kita bisa memecahkan kasus ini tanpa harus tahu siapa itu ‘ninja’.” ujarku sambil memandangi smartphone Naomi. Kalau dari bentuknya, ini memang bukan keluaran Jepang.
Aku masih penasaran dengan Naomi. Siapa sih dia sebenarnya. Dia benar-benar mirip dengan orang itu. Sungguh. Apa hubungannya dengan orang itu ya?
“Hattori!” aku mendengar suara seoorang laki-laki memanggilku. Aku menoleh. Ternyata, itu Paman Takagi.
“Ada apa?” tanyaku padanya.
“Inspektur Megure mencarimu. Dia ingin mendiskusikan sesuatu.” katanya.
“Baiklah. Ayo, Naomi!” tanpa sadar, aku mengajaknya.
Naomi mengikutiku menemui Inspektur Megure. Kami berjalan bersebelahan. Gadis ini terus melihat jam tangan dan handphone nya secara bergantian. Seakan dia telah ditunggu oleh seseorang.

...

“Yang memiliki alibi hanya Jimmy Cloud. Itu bisa dibuktikan dengan kesaksian salah satu pramugari yang terus bersamanya sejak dua jam yang lalu pesawatnya mendarat dari Thailand. Sisanya tak memiliki alibi.” Inspektur Megure menjelaskan.
“Begitu ternyata.” gumam Naomi.
“Inspektur, bisakah aku meminta keterangan perjalanan yang mereka lakukan selama dua bulan terakhir.” pintaku.
Inspektur Megure mengangguk dan menyerahkan sebuah kertas padaku. Aku melihatnya dengan Naomi di belakangku.

Dua bulan lalu, seluruh pilot bar empat yang menjadi tersangka, dikirim ke Indonesia untuk mengemudikan pesawat Obama dan para pengawalnya.
Jimmy Cloud, 45 (Amerika Serikat)
Sebulan yang lalu melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Perancis
Kemarin lusa ke Singapura, Jepang
Kemarin sampai hari ini ke Thailand, Jepang
Hattori Jay, 43 (China)
Sebulan yang lalu dikirim ke Papua Nugini, Australia
Setelah melakukan perjalanan itu, cuti selama sebulan karena ibunya sakit, dan baru kembali bekerja hari ini mengemudikan pesawat Thailand-Jepang
Harry Lord, 46 (Inggris)
Sebulan yang lalu melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, Amerika Selatan
Kemarin lusa ke Brazil, Afrika Utara
Kemarin sampai dengan hari ini, ke Myanmar, Jepang

“Berarti, tak ada yang cocok dengan perkiraan kita ya?” Naomi membuyarkan keseriusanku. Iya juga. Tak ada yang cocok dengan perkiraan kami. Kalau menurut kami, seharusnya ada yang dua bulan lalu ke Indonesia, sebulan lalu ke Amerika Serikat, kemarin lusa ke China, dan kemarin ke Thailand.
Tapi tak ada yang persis. Paling mendekati adalah Jimmy Cloud, tapi dia memiliki alibi. Apa ada yang salah? Tapi di sebelah mana?
Lagipula, apa maksudnya ‘ninja’?
Sial. Tak ada petunjuk, dan Shinichi pasti menungguku. Eh, handphone-ku berbunyi. Dari siapa ya? Mungkin dari Shinichi. Kubiarkan sajalah.
Tapi, kalau dia dalam bahaya bagaimana?
Yasudahlah, kuangkat. “Halo, Kudo!” aku melihat kilatan di mata Naomi memandang ke arahku. Wanita itu seram juga ya, ternyata. Ah, sebaiknya aku menjauh darinya.
“Hei, Heiji dimana kau? Kau harus didandani dulu tahu.” kudengar sahutan seorang bocah di telingaku.
“Sabar, ya. Aku sedang terlibat sebuah kasus. Mungkin sejam lagi baru akan selesai.” jawabku. Ya Tuhan, semoga bocah itu bisa menungguku.
“Baiklah, tapi cepat ya. Aku mau dengar kasus seperti apa itu.” ujarnya. Dan teleponnya mati. Huh, bagus. Sekarang, aku harus memikirkan baik baik analisisku dari awal. Aku telah menemukan cara untuk melakukan kejahatan itu. Dan aku telah meminta Paman Takagi untuk menjaga para tersangka agar tidak mengganti pakaian agar barang bukti tidak hilang.
Masalahnya, bagaimana cara menekan si pelaku agar mengakui perbuatannya. Dan sebelum beranalisis, minimal, aku sudah melengkapi 80% dari total keseluruhan puzzle, agar si pelaku tidak mengelak dengan mudahnya.
“Huh, dimana ya letak kesalahanku. Bagian mana dari kata-kataku yang salah?” suara Naomi terdengar dari belakangku. Dia bergumam sendiri sambil menggaruk-garuk kepala. Namun, lagi-lagi dia menatapku, dengan tatapan aneh.
Tunggu dulu, tadi dia berkata ‘bagian mana dari kata-kataku yang salah?’ Berarti dia yakin analisisnya mengandung sebuah kesalahan.
Kalau tidak salah, waktu memecahkan teka-teki catatan, dia bilang ‘Aku tahu negara mana saja yang dikunjungi oleh korban. Walaupun masih ada satu yang agak mengganggu pikiranku.’ Mungkin satu dari apa yang dia sampaikan, adalah hal yang salah.
Analisis soal Thailand, adalah analisisku. Analisis Naomi yang pertama adalah ‘kalau ‘benua baru’ sudah pasti Amerika Serikat. Itu julukan Amerika yang cukup terkenal’ dan analisis keduanya, ‘‘negeri atlantik yang hilang’ adalah Indonesia. Yang kabarnya diperkirakan negeri atlantik, karena kemiripan ciri dan bentuk tubuh penduduknya’.
Bagian mana ya, yang salah?
Aku harus berpikir keras.
...
...
...
Ah, ya. Itu dia. Aku tahu dimana kesalahannya. Dan, pelakunya nyaris tertebak. Hanya tinggal ‘ninja’ yang belum terpecahkan. Ayolah, Heiji, berpikir lebih keras.
“Naomi berjalan melewatiku. Dia menghampiri Paman Takagi. Dia bertanya, “apakah di sau korban ditemukan tiket anime movie atau yang berhubungan dengan kartun Jepang?”
Paman Takagi menoleh. “Ya, banyak sekali tiket kartun Jepang. Tapi semuanya tulisan alphabet dan aku agak sulit membacanya.” jawab polisi itu. “Ngomong-ngomong, kau siapa?” tanyanya.
Naomi menatap Paman Takagi dan menjawab, “mungkin aku sama sepertimu, hanya saja cakupanku lebih luas.”
Setelah bertanya pada Paman Takagi, Naomi menghampiriku. Dia tersenyum padaku, dan berkata, “ayo, ninja, kita harus memecahkan kasus ini!”
Dan aku, menyadari sesuatu.

To be continued...

Part 3 : You’re the Winner

Semua puzzle telah lengkap. Kedua detektif telah siap meringkus sang ‘ninja’. “Kau yang menang. Aku kalah.”

0 comments:

Posting Komentar