Selasa, 14 Juni 2016

I'm NOT Perfect (Chapter 1)

Narita
Tokyo, Japan

Huh, gara-gara Shinichi yang memintaku datang secara tiba-tiba, aku jadi harus mengelabui Kazuha, dan memesan tiket pesawat yang paling cepat. Untungnya, dia bersedia membayar ongkosnya.
 Tapi, surat undangan itu memang mencurigakan. Meskipun surat undangan itu dikirim ke alamat Shinichi Kudo, dan tertulis untuk Shinichi Kudo, tapi kalimat sapaannya adalah ‘Dear Conan Edogawa’. Itu kan sama saja identitas bocah itu ketahuan.
Apalagi pengirim undangan itu adalah Vermouth. Menurut Shinichi, Vermouth juga salah satu jenis minuman keras. Kalau diingat sih memang iya. Kalau tidak salah, Vermouth adalah salah satu bahan dasar membuat Martini.
Untung saja orang bernama Vermouth itu belum melaporkannya pada organisasi. Karena kalau bocor, bisa dipastikan Shinichi telah mereka bunuh.
“Takagi! Segera kumpulkan para tersangka!” suara seseorang mengusik telingaku.
Aku menoleh. Tampak tubuh gendut inspektur Megure dan wajah kikuk Paman Takagi yang sedang berlari ke suatu tempat. Eh, tampaknya inspektur melihatku.
“Halo, Heiji! Kebetulan ada kau disini.” sapa Inspektur Megure tiba-tiba. Aku agak terkejut. Inspektur menghampiriku.
Aku pun memutuskan untuk menanggapinya. “Halo, Inspektur! Memangnya ada kasus apa ini?” balasku. Terus terang aku agak penasaran dengan apa yang terjadi disini.
“Yah, seperti yang kau lihat.” Inspektur Megure menarikku berjalan ke sebuah tempat. Disana tergeletak mayat seorang laki-laki bertubuh gendut. “Laki-laki ini ditemukan sudah menjadi mayat sejam yang lalu. Namun, tubuhnya masih lemas. Kami sedang mencari pelaku kejahatan ini dengan mencermati isi catatan hariannya.”
“Bagaimana dengan identitas korban?” tanyaku.
“Korban adalah pria asal Indonesia bernama Kenichi Har-ma-ri-ha.” Inspektur kudengar mengeja nama korban dengan susah payah.
“Oh, no no, Inspectur.. Halmariha, not Harmariha.” suara seseorang memotong penjelasan inspektur, dan dia menghampiri kami. Dia adalah wanita. Dari wajah dan postur tubuhnya, dia sebaya denganku. Wanita itu mengenakan sebuah jubah hitam panjang dengan celana hitam model skiny. Dan dari logatnya, dia berbicara English USA.
“Oh, Miss. I think you know, that we can’t speak that greatly.” ujarku memandang wanita itu.
“Ya, aku tahu.” jawabnya dengan bahasa Jepang yang baik dan benar.
Aku memandang raut wajahnya sekali lagi. Ternyata dari wajahnya memang terlihat bahwa dia orang Jepang. Mungkin pindah ke Amerika untuk suatu tujuan.
“Apalagi ciri-cirinya, Inspektur?” tanyaku menyudahi interupsi wanita itu. Wanita yang tak kukenal itu memandangku, namun aku pura-pura tak melihatnya.
“Usia korban 41 tahun. Dia adalah seorang pengusaha ekspor-impor yang memiliki darah Jepang-Indonesia. Korban ditemukan disini, depan kamar mandi sejam yang lalu, dan telah menjadi mayat. Diduga merupakan penumpang perjalanan Thailand-Jepang, dan dibuktikan dengan pengenalnya. Penyebab kematiannya adalah serangan jantung. Di saku jubahnya ditemukan sebuah smartphone mini yang memuat catatannya.” Inspektur Megure mengakhiri penjelasannya.
“Bolehkan aku melihat catatan orang itu?” tanyaku  pada Inspektur.
“Ini catatannya. Aku telah menyelidikinya tadi.” bukannya Inspektur, malah wanita itu yang menyerahkan sebuah smartphone menggunakan tangannya yang telah dibungkus sarung tangan hitam.
Aku mengambil catatan itu dari tangannya dengan saputangan dan melihatnya.

Aaah.. Si ninja itu mengajakku bertemu. Terus terang aku malas. Apa sih pekerjaannya? Senang sekali bolak-balik. Kemarin, dia mengajakku bertemu di negeri merdeka, terus hari sebelumnya di negeri tembok, bulan lalu di benua baru. Aku heran. Apa dia tak kehabisan uang untuk perjalanan itu. Aku agak menyesal dua bulan lalu bertemu dengannya di negeri atlantik yang hilang. Dan, hari ini, dia mengajakku bertemu di negeri sakura. Aku benci harus menuruti kemauannya seperti ini. Apa sebaiknya aku membunuhnya?  Nah itu dia si ninja. Wah dia memakai seragam. Di bahunya ada empat tanda emas. Apa dia sehebat itu? Oh tidak, dia membawa si coklat sialan itu. Dasar ninja kurang ajar. Seharusnya aku tak memberi tahunya. Oh Tuhan sembunyikan aku...

Aku melihat sekali lagi catatan di smartphone itu. “Mungkin,” aku mulai beranalisis. “tersangkanya adalah...”
“Pilot!” wanita itu menyahut. “Benar, ‘kan detektif?”
Aku mengangguk. “Ya, orang yang bisa melakukan perjalanan terus menerus tanpa takut kehabisan uang dan memiliki empat tanda emas di bahunya hanyalah pilot bar empat. Berarti tersangkanya adalah seorang pilot bar empat yang melakukan perjalanan ke ‘benua baru’ sebulan yang lalu, ‘negeri tembok’ kemarin lusa, ‘negeri merdeka’ kemarin, dan ‘negeri atlantik yang hilang’ dua bulan yang lalu.” jelasku.
“Tepat. Aku sudah mengatakannya pada Inspektur Megure, dan sepertinya, tersangka telah dikumpulkan.” ucap wanita itu.
Inspektur Megure menatap aku dan wanita itu dengan tatapan aneh. Aku juga memandang wanita itu. Aku agak penasaran dengannya. Dari cara dia berbicara, sepertinya dia cukup hebat. Mungkin, dia juga seorang detektif. Dan gayanya mirip seseorang.
“Inspektur, kami telah mengumpulkan para tersangka.” Paman Takagi muncul dari balik tubuhku dengan membawa empat laki-laki.
Inspektur Megure beralih pada Paman Takagi. “Siapa saja mereka?”
“Yang pertama Jimmy Cloud, 45 tahun asal Amerika Serikat. Kedua Hattori Jay, 43 tahun asal China. Ketiga, Harry Lord, 46 tahun, asal London, Inggris. Hanya mereka bertiga pilot bar empat yang ada disini sejak sejam sebelum kejadian hingga sekarang.” jelas Paman Takagi.
“Baik, Takagi. Interogasi mereka, periksa alibinya!” perintah Inspektur Megure.
“Siap, Inspektur.” Paman Takagi membawa ketiga tersangka untuk diinterogasi.
“Nah, sekarang kita harus memecahkan arti kode-kode ini.” ujar wanita tanpa nama itu. Oh ya, aku belum tahu namanya.
“Sebelum itu, siapa namamu?” tanyaku sambil menatap mata wanita itu.
“Ah, ya Hattori. Kita belum berkenalan.” jawab wanita itu. Eh, tunggu, darimana dia tahu namaku? Tunggu dulu, tapi aku tak boleh terlihat kaget. Nanti dia meremehkanku. Pasti dia lihat namaku di suatu tempat.
“Namamu tertera di koran ini.” ujar wanita itu sambil menunjukkan sebuah koran di tangannya. Tuh kan, apa ku bilang, dia pasti lihat namaku di suatu tempat.
“Namaku Heiji Hattori.” sahutku sambil mengulurkan tangan.
Dia menjabat tanganku. “Namaku Naomi.” jawabnya pelan.
“Nama keluargamu?” tanyaku lebih lanjut.
“Panggil saja dengan nama, Hattori. Tak perlu dengan nama keluarga.” Huh, dia malah menjawab seperti itu. Padahal, kalau aku mendengar nama keluarganya, mungkin aku bisa mengidentifikasinya.
Oke, aku harus konsentrasi ke kode ini. Shinichi menungguku.
“Naomi, apa yang terpikir olehmu?” tanyaku.
“Menurutku, korban dibuat serangan jantung oleh ‘ninja’, dengan membawa si ‘coklat sialan’. Mungkin ‘coklat sialan’ adalah hal yang ditakuti oleh korban.” jawabnya.
“Ya, aku juga berpendapat sama. Mungkin, ‘coklat sialan’ itu adalah seseorang.”
“Atau bisa juga sesuatu, Hattori.” lanjut Naomi.
“Yah, sebaiknya aku memeriksa TKPnya. Apa kau sudah melakukannya? Apa yang kau dapat?” tanyaku.
Herannya, Naomi menggeleng. Dia hebat sejauh ini. Tapi kenapa dia tak memeriksa TKPnya, yaitu kamar mandi. Kenapa dia tidak melakukannya. “Ada banyak sebab aku tak memeriksanya.” ujar Naomi seakan menjawab pertanyaanku.
Akupun meninggalkan Naomi. Dia mulai sibuk dengan smarthphone-nya. Mungkin dia sudah meng-copy catatan korban untuk diselidiki lebih jauh.
Aku melangkah masuk ke dalam kamar mandi tempat kejadian. Mayat di depan pintu kamar mandi telah dipindahkan. Aku agak terkejut, karena begitu aku masuk, hal pertama yang menyambutku adalah seekor kecoa. Lalu, aku melangkah lebih ke dalam, mencari bilik yang mungkin menjadi lokasi pembunuhan.
Dan, aku menemukan satu bilik dengan cukup banyak kecoa di dalamnya. Kebanyakan kecoa itu adalah bangkai, dan mengumpul di sekitar pintu bilik. Tunggu, kalau ‘coklat sialan’ adalah ini, dan tersangkanya adalah pilot, berarti dia bisa memakai trik itu. Apalagi bagian atas pintu terbuka, sangat mungkin melakukannya.
Tapi, yang jadi pertanyaan sekarang adalah, siapa pelakunya. Siapa si ‘ninja’ itu?
Dan, apa maksud dari teka-teki dalam catatan itu?
Aku keluar dari kamar mandi, dan berjalan menghampiri Naomi.
Sepertinya kasus ini masih gelap.
Sial, Shinichi menungguku.
“50% lagi. Senjata pembunuhnya, dan kronologi pembunuhan. Serta siapa si ‘ninja’ itu?” sahut Naomi tiba-tiba.
“Hah? Apanya?” tanyaku bingung.
“Kasusnya. Aku sudah berhasil memecahkan teka-teki catatan itu. Hanya saja, aku belum tahu siapa ‘ninja’ dan bagaimana kronologi pembunuhannya.” papar Naomi.
Diam-diam aku salut dengan kemampuannya memecahkan kode, namun aku masih bingung. Kenapa dia tidak memeriksa TKP. Apa alasannya?

To be continued...

Part 2 : Ninja

Siapakah ‘ninja’ dan siapakah yang lebih dulu memecahkan kasus? Apa alasan Naomi tidak memeriksa TKP. Baca lanjutannya di –I’m NOT Perfect- part 2

0 comments:

Posting Komentar