I'm NOT Perfect (Chapter 1)
16.08.00
Narita
Tokyo, Japan
Huh, gara-gara
Shinichi yang memintaku datang secara tiba-tiba, aku jadi harus mengelabui
Kazuha, dan memesan tiket pesawat yang paling cepat. Untungnya, dia bersedia
membayar ongkosnya.
Tapi, surat undangan itu memang mencurigakan. Meskipun
surat undangan itu dikirim ke alamat Shinichi Kudo, dan tertulis untuk Shinichi
Kudo, tapi kalimat sapaannya adalah ‘Dear Conan Edogawa’. Itu kan sama saja
identitas bocah itu ketahuan.
Apalagi pengirim
undangan itu adalah Vermouth. Menurut Shinichi, Vermouth juga salah satu jenis
minuman keras. Kalau diingat sih memang iya. Kalau tidak salah, Vermouth adalah
salah satu bahan dasar membuat Martini.
Untung saja orang
bernama Vermouth itu belum melaporkannya pada organisasi. Karena kalau bocor,
bisa dipastikan Shinichi telah mereka bunuh.
“Takagi! Segera
kumpulkan para tersangka!” suara seseorang mengusik telingaku.
Aku menoleh.
Tampak tubuh gendut inspektur Megure dan wajah kikuk Paman Takagi yang sedang
berlari ke suatu tempat. Eh, tampaknya inspektur melihatku.
“Halo, Heiji!
Kebetulan ada kau disini.” sapa Inspektur Megure tiba-tiba. Aku agak terkejut.
Inspektur menghampiriku.
Aku pun
memutuskan untuk menanggapinya. “Halo, Inspektur! Memangnya ada kasus apa ini?”
balasku. Terus terang aku agak penasaran dengan apa yang terjadi disini.
“Yah, seperti
yang kau lihat.” Inspektur Megure menarikku berjalan ke sebuah tempat. Disana
tergeletak mayat seorang laki-laki bertubuh gendut. “Laki-laki ini ditemukan
sudah menjadi mayat sejam yang lalu. Namun, tubuhnya masih lemas. Kami sedang
mencari pelaku kejahatan ini dengan mencermati isi catatan hariannya.”
“Bagaimana dengan
identitas korban?” tanyaku.
“Korban adalah pria
asal Indonesia bernama Kenichi Har-ma-ri-ha.” Inspektur kudengar mengeja nama
korban dengan susah payah.
“Oh, no no,
Inspectur.. Halmariha, not Harmariha.” suara seseorang memotong penjelasan
inspektur, dan dia menghampiri kami. Dia adalah wanita. Dari wajah dan postur
tubuhnya, dia sebaya denganku. Wanita itu mengenakan sebuah jubah hitam panjang
dengan celana hitam model skiny. Dan dari logatnya, dia berbicara English USA.
“Oh, Miss. I
think you know, that we can’t speak that greatly.” ujarku memandang wanita itu.
“Ya, aku tahu.”
jawabnya dengan bahasa Jepang yang baik dan benar.
Aku memandang
raut wajahnya sekali lagi. Ternyata dari wajahnya memang terlihat bahwa dia
orang Jepang. Mungkin pindah ke Amerika untuk suatu tujuan.
“Apalagi
ciri-cirinya, Inspektur?” tanyaku menyudahi interupsi wanita itu. Wanita yang
tak kukenal itu memandangku, namun aku pura-pura tak melihatnya.
“Usia korban 41
tahun. Dia adalah seorang pengusaha ekspor-impor yang memiliki darah
Jepang-Indonesia. Korban ditemukan disini, depan kamar mandi sejam yang lalu,
dan telah menjadi mayat. Diduga merupakan penumpang perjalanan Thailand-Jepang,
dan dibuktikan dengan pengenalnya. Penyebab kematiannya adalah serangan
jantung. Di saku jubahnya ditemukan sebuah smartphone mini yang memuat
catatannya.” Inspektur Megure mengakhiri penjelasannya.
“Bolehkan aku
melihat catatan orang itu?” tanyaku pada
Inspektur.
“Ini catatannya.
Aku telah menyelidikinya tadi.” bukannya Inspektur, malah wanita itu yang
menyerahkan sebuah smartphone menggunakan tangannya yang telah dibungkus sarung
tangan hitam.
Aku mengambil
catatan itu dari tangannya dengan saputangan dan melihatnya.
Aaah.. Si ninja itu mengajakku bertemu. Terus
terang aku malas. Apa sih pekerjaannya? Senang sekali bolak-balik. Kemarin, dia
mengajakku bertemu di negeri merdeka, terus hari sebelumnya di negeri tembok,
bulan lalu di benua baru. Aku heran. Apa dia tak kehabisan uang untuk
perjalanan itu. Aku agak menyesal dua bulan lalu bertemu dengannya di negeri
atlantik yang hilang. Dan, hari ini, dia mengajakku bertemu di negeri sakura.
Aku benci harus menuruti kemauannya seperti ini. Apa sebaiknya aku membunuhnya?
Nah itu dia si ninja. Wah dia memakai
seragam. Di bahunya ada empat tanda emas. Apa dia sehebat itu? Oh tidak, dia
membawa si coklat sialan itu. Dasar ninja kurang ajar. Seharusnya aku tak
memberi tahunya. Oh Tuhan sembunyikan aku...
Aku melihat
sekali lagi catatan di smartphone itu. “Mungkin,” aku mulai beranalisis.
“tersangkanya adalah...”
“Pilot!” wanita
itu menyahut. “Benar, ‘kan detektif?”
Aku mengangguk.
“Ya, orang yang bisa melakukan perjalanan terus menerus tanpa takut kehabisan
uang dan memiliki empat tanda emas di bahunya hanyalah pilot bar empat. Berarti
tersangkanya adalah seorang pilot bar empat yang melakukan perjalanan ke ‘benua
baru’ sebulan yang lalu, ‘negeri tembok’ kemarin lusa, ‘negeri merdeka’
kemarin, dan ‘negeri atlantik yang hilang’ dua bulan yang lalu.” jelasku.
“Tepat. Aku sudah
mengatakannya pada Inspektur Megure, dan sepertinya, tersangka telah
dikumpulkan.” ucap wanita itu.
Inspektur Megure
menatap aku dan wanita itu dengan tatapan aneh. Aku juga memandang wanita itu. Aku
agak penasaran dengannya. Dari cara dia berbicara, sepertinya dia cukup hebat.
Mungkin, dia juga seorang detektif. Dan gayanya mirip seseorang.
“Inspektur, kami
telah mengumpulkan para tersangka.” Paman Takagi muncul dari balik tubuhku dengan
membawa empat laki-laki.
Inspektur Megure
beralih pada Paman Takagi. “Siapa saja mereka?”
“Yang pertama
Jimmy Cloud, 45 tahun asal Amerika Serikat. Kedua Hattori Jay, 43 tahun asal
China. Ketiga, Harry Lord, 46 tahun, asal London, Inggris. Hanya mereka bertiga
pilot bar empat yang ada disini sejak sejam sebelum kejadian hingga sekarang.”
jelas Paman Takagi.
“Baik, Takagi.
Interogasi mereka, periksa alibinya!” perintah Inspektur Megure.
“Siap, Inspektur.”
Paman Takagi membawa ketiga tersangka untuk diinterogasi.
“Nah, sekarang
kita harus memecahkan arti kode-kode ini.” ujar wanita tanpa nama itu. Oh ya,
aku belum tahu namanya.
“Sebelum itu,
siapa namamu?” tanyaku sambil menatap mata wanita itu.
“Ah, ya Hattori.
Kita belum berkenalan.” jawab wanita itu. Eh, tunggu, darimana dia tahu namaku?
Tunggu dulu, tapi aku tak boleh terlihat kaget. Nanti dia meremehkanku. Pasti
dia lihat namaku di suatu tempat.
“Namamu tertera
di koran ini.” ujar wanita itu sambil menunjukkan sebuah koran di tangannya.
Tuh kan, apa ku bilang, dia pasti lihat namaku di suatu tempat.
“Namaku Heiji
Hattori.” sahutku sambil mengulurkan tangan.
Dia menjabat
tanganku. “Namaku Naomi.” jawabnya pelan.
“Nama
keluargamu?” tanyaku lebih lanjut.
“Panggil saja
dengan nama, Hattori. Tak perlu dengan nama keluarga.” Huh, dia malah menjawab
seperti itu. Padahal, kalau aku mendengar nama keluarganya, mungkin aku bisa
mengidentifikasinya.
Oke, aku harus
konsentrasi ke kode ini. Shinichi menungguku.
“Naomi, apa yang
terpikir olehmu?” tanyaku.
“Menurutku,
korban dibuat serangan jantung oleh ‘ninja’, dengan membawa si ‘coklat sialan’.
Mungkin ‘coklat sialan’ adalah hal yang ditakuti oleh korban.” jawabnya.
“Ya, aku juga
berpendapat sama. Mungkin, ‘coklat sialan’ itu adalah seseorang.”
“Atau bisa juga
sesuatu, Hattori.” lanjut Naomi.
“Yah, sebaiknya
aku memeriksa TKPnya. Apa kau sudah melakukannya? Apa yang kau dapat?” tanyaku.
Herannya, Naomi
menggeleng. Dia hebat sejauh ini. Tapi kenapa dia tak memeriksa TKPnya, yaitu
kamar mandi. Kenapa dia tidak melakukannya. “Ada banyak sebab aku tak
memeriksanya.” ujar Naomi seakan menjawab pertanyaanku.
Akupun
meninggalkan Naomi. Dia mulai sibuk dengan smarthphone-nya. Mungkin dia sudah
meng-copy catatan korban untuk diselidiki lebih jauh.
Aku melangkah
masuk ke dalam kamar mandi tempat kejadian. Mayat di depan pintu kamar mandi
telah dipindahkan. Aku agak terkejut, karena begitu aku masuk, hal pertama yang
menyambutku adalah seekor kecoa. Lalu, aku melangkah lebih ke dalam, mencari
bilik yang mungkin menjadi lokasi pembunuhan.
Dan, aku
menemukan satu bilik dengan cukup banyak kecoa di dalamnya. Kebanyakan kecoa
itu adalah bangkai, dan mengumpul di sekitar pintu bilik. Tunggu, kalau ‘coklat
sialan’ adalah ini, dan tersangkanya adalah pilot, berarti dia bisa memakai
trik itu. Apalagi bagian atas pintu terbuka, sangat mungkin melakukannya.
Tapi, yang jadi
pertanyaan sekarang adalah, siapa pelakunya. Siapa si ‘ninja’ itu?
Dan, apa maksud
dari teka-teki dalam catatan itu?
Aku keluar dari
kamar mandi, dan berjalan menghampiri Naomi.
Sepertinya kasus
ini masih gelap.
Sial, Shinichi
menungguku.
“50% lagi.
Senjata pembunuhnya, dan kronologi pembunuhan. Serta siapa si ‘ninja’ itu?”
sahut Naomi tiba-tiba.
“Hah? Apanya?”
tanyaku bingung.
“Kasusnya. Aku
sudah berhasil memecahkan teka-teki catatan itu. Hanya saja, aku belum tahu
siapa ‘ninja’ dan bagaimana kronologi pembunuhannya.” papar Naomi.
Diam-diam aku
salut dengan kemampuannya memecahkan kode, namun aku masih bingung. Kenapa dia
tidak memeriksa TKP. Apa alasannya?
To be continued...
Part 2 : Ninja
Siapakah ‘ninja’
dan siapakah yang lebih dulu memecahkan kasus? Apa alasan Naomi tidak memeriksa
TKP. Baca lanjutannya di –I’m NOT Perfect- part 2
0 Comments