Great Detective (Chapter 7 - Final)

16.05.00

New York, Amerika Serikat
Kantor Federal Bureau of Investigations

Naomi menghembuskan nafasnya kuat-kuat. Menghela napas adalah kegiatan rutinnya akhir-akhir ini.
Semenjak menyelesaikan kasus cyber-crime di London berbulan-bulan yang lalu, Naomi jadi sering memikirkan Saguru Hakuba. (baca:Unbelievable Crime in London)
Terlebih, sekarang ini ia sering memecahkan berbagai kasus sulit, yang sering mengingatkannya pada detektif itu. Entahlah, apa alasan James sebenarnya menugaskan Naomi terus-terusan. Padahal Naomi rasanya sudah gatal ingin menghadapi organisasi itu. Naomi berkali-kali berusaha memikirkannya.
Saat ini, ia sedang duduk sendirian di room J, baru saja kembali dari menyelesaikan kasus pembobolan Bank Dunia. Biasanya, ketika ia kembali dari sebuah kasus, selalu ada yang menyambutnya. Entah itu Kak Jodie, Kak Shuichi, atau bahkan James.
Tapi hari ini, ketika ia kembali, semuanya telah pergi ke Jepang. Ya, semuanya pergi tanpa dirinya. Namun ia tak berkecil hati, dia yakin, kalau suatu saat nanti akan benar-benar pergi ke Jepang. Dan akan menjadi peluru perak kedua setelah Shuichi Akai.
Dia tahu, bahwa dia bukanlah orang yang payah. Mungkin agen lainnya sedang merencanakan sesuatu. Dan mungkin, ini berkaitan dengan dirinya.

...

“Morning, Miss Kudo!” sapa salah seorang pegawai kantor FBI yang mengurus perjalanan luar negeri.
“Morning, Mrs. Jeth!” sapanya balik sambil tersenyum.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya Mrs. Jeth.
“Ya. Aku memang sedang butuh bantuanmu.” jawab Naomi. “Tolong siapkan sebuah tiket pesawat ke Jepang, dengan jadwal keberangkatan besok sore.”
Mrs. Jeth tersentak. “Memangnya mau apa kau kesana?”
“Kudengar ada perkembangan terbaru tentang organisasi baju hitam itu. Katanya, mereka melakukan transaksi dengan orang yang sudah mati.” sahut Naomi dengan nada menyeramkan.
“Hah? Siapa yang mengatakannya?” tanya Mrs. Jeth penasaran.
“Belum lama ini, aku mendapat kabar dari Kak Jodie.” ujar Naomi singkat.
Tanpa berbicara lagi, Mrs. Jeth mengetik sesuatu di laptopnya, dan mengeprint sebuah kertas berwarna.
“Ini tiketnya...” ucap Mrs. Jeth sambil menyerahkan kertas yang tadi ia print. “Keberangkatannya besok pukul 6 sore. Dan kurasa kau memiliki paspor, jadi aku tak perlu mengurusnya lagi, ‘kan?”
“Thanks, Miss.. Bye..” dan Naomi pun meninggalkan meja Mrs. Jeth, berjalan kembali menuju room J. Dia mengepak semua barang-barangnya  di ruangan itu. Entah mengapa ia menjadi yakin bahwa ia akan tinggal cukup lama di Jepang.
Ada hal yang mencurigakan dari apa yang disampaikan Kak Jodie. Seorang CD Designer bernama Saguru Itakura yang berusia 45 tahun adalah pria yang harusnya melakukan transaksi dengan organisasi.
Saguri Itakura ya? Oh, no.. Kenapa harus Saguru? Naomi jadi teringat lagi pada Saguru Hakuba. Cukup lama ia tak berkomunikasi dengan lelaki itu.
Naomi mencoba kembali memikirkan kasus dan menepis pikiran tentang Saguru.
Pada malam sebelum transaksi, Itakura ditemukan di sebuah kamar dan dinyatakan telah meninggal sejak beberapa hari yang lalu. Penemuan itu disiarkan pagi harinya.
Meski begitu, transaksi tetap terjadi, dan FBI melihat sosok Gin dan Vodka di lokasi transaksi. Ini aneh. Sangat aneh malah.
Berdasarkan apa yang ia ketahui dari data yang ditinggalkan ayahnya, organisasi itu sangat teliti. Mereka pasti akan mengecek keadaan orang yang akan melakukan transaksi dengan mereka. Dan memastikan subjek transaksi itu terbunuh sebelum membongkar keberadaan mereka.
Hanya ada dua dugaan. Satu, FBI memanfaatkan ketidaktahuan organisasi tentang kematian Saguru Itakura. Atau kemungkinan kedua, orang selain FBI yang juga mengetahui bahwa Itakura melakukan transaksi yang memanfaatkan keadaan itu.
Naomi diam. Berhenti mengepak barang-barangnya sejenak. Dan berpikir lebih dalam. Hmmm.. Kalau organisasi itu, pasti akan menyimpulkan bahwa itu perbuatan FBI. Tapi, Kak Jodie tidak menyebutkan bahwa itu rencana kami. Berarti, hanya kemungkinan kedua yang tersisa, walaupun terdengar mustahil. Bagaimana orang tersebut bisa lolos dari organisasi itu. Dan bagaimana caranya ia mengelabui mereka?
Orang biasa pasti akan ketahuan meskipun bersembunyi. Lain halnya kalau itu adalah anak-anak. Banyak tempat yang bisa menjadi tempat persembunyian anak-anak namun tak bisa menjadi tempat persembunyian orang dewasa.
Tapi, anak-anak?
Mustahil! pikir Naomi.
Tepat ketika ia memikirkannya, tiba-tiba wajah seseorang membayang di pikirannya. “When you have eliminated the impossible, whatever remains however improbable, must be truth. Ingat apa yang Holmes katakan Naomi, ketika kau menyingkirkan hal yang mustahil, walaupun yang tersisa adalah hal yang lebih mustahil, bagaimanapun tidak mungkinnya, itulah kebenaran.”
Naomi tersenyum. Tiba-tiba ia sangat merindukan orang itu. Entah berapa lama sudah ia tak bertemu dengan pemikir keras itu. Langkahnya menuju Jepang makin mantap. Dan Naomi mengepak barang terakhirnya lalu lenyap dibalik pintu room J.

...

“Malam, bu..” sapa Naomi tepat ketika memasuki pintu rumahnya. Namun, ia tak menemukan ibunya. Rumahpun tampak sangat lenggang. Naomi memutuskan untuk mencari ibunya. Ia mengelilingi rumah dan sampai di ruang kerja ayahnya. Sesuai dugaan, ayahnya sedang terpaku di depan komputer.
“Malam, ayah..” ujar Naomi menyertakan senyum terindahnya. Yusaku menoleh.
“Naomi? Kenapa kau tak bilang akan pulang?” tanya Yusaku.
“Apa aku harus bilang untuk masuk ke rumahku sendiri?” Naomi mendekati Yusaku.
“Yah, begitulah. Agar kami bisa menyiapkan sesuatu untukmu.” jawab Yusaku.
“Ah.. Tak perlu, yah. Aku kesini hanya sebentar, sekaligus pamit.” kata Naomi.
“Tinggallah. Setidaknya sampai jadwal keberangkatanmu ke airport.” Yusaku kembali melanjutkan tulisannya.
“Tau darimana kalau aku akan ke airport?” tanya Naomi heran.
“Jangan meremehkanku. Aku ini detektif.”
“O yeah.. aku melupakan hal yang satu itu.”
Naomi meninggalkan Yusaku dan menuju ke dapur. Mengambil dua buah minuman kaleng, dan kembali lagi ke ruangan itu.
“Mau?” tawar Naomi pada Yusaku.
“Yah, bolehlah.” Yusaku mengambil minuman kaleng dari tangan Naomi. Mulai membuka dan meminumnya. “Memang kau mau pergi kemana, Naomi?” tanya Yusaku.
“Ke Jepang.” Yusaku tersedak minuman dan terbatuk-batuk. Naomi megambilkan air mineral untuk ayahnya.
“Jadi, kau mau kesana untuk menghadapi mereka?”  tanya Yusaku lagi setelah meminum air mineralnya.
“Yah, begitulah.”
“Tapi, kawanan baju hitam itu sangat berbahaya, Naomi.” mendengar ucapan Yusaku, Naomi menyipitkan mata. Seingatnya, ia tidak pernah menyebutkan tentang ‘kawanan baju hitam’, ia hanya pernah menyebutkan tentang ‘organisasi berbahaya’. Naomi sedikit curiga pada Yusaku. Mungkin Yusaku memang punya banyak kenalan. Tapi, organisasi itu hanya diketahui olen beberapa agen intelijen dunia, dan tidak sembarangan disebarkan. Kecuali, jika mantan anggota mereka atau korban mereka ada yang selamat dan menceritakannya pada ayah. Dan kemungkinan itu hanya 0,1% walaupun bukan berarti tak ada.
“Naomi?” Yusaku menepuk bahu anaknya.
“Ya, ayah.”
“Kenapa kamu diam?”
“Ah, tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”
“Apa itu?”
“It’s a big secret. I can’t tell you. Because, a secret makes a woman woman...”
Dan Yusaku mengangguk diam.

...

“Yakin ayah hanya mengantar sampai sini? Tak ingin ikut ke Jepang menyusul ibu?” tanya Naomi pada ayahnya, tepat sebelum turun dari mobil di parkiran airport.
“Ya, aku yakin Naomi. Aku masih banyak pekerjaan, dan tak punya waktu bermain-main.”jawab Yusaku.
“Yasudahlah, aku tak memaksamu. Aku berangkat ya. Sampai bertemu lagi ayah...” kalau kita masih sempat bertemu.. lanjut Naomi dalam hati seraya keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada mobil ayahnya yang telah meninggalkan parkiran.
Naomi melenggangkan kaki masuk kedalam gedung airport dan menuju tempat pemeriksaan dokumen. Tepat ketika ia selesai, terdengar pengumuman yang mempersilahkan penumpang penerbangan USA-Japan untuk naik ke dalam pesawat.
Ketika Naomi ingin mematikan ponselnya, sebuah e-mail masuk ke handphone-nya. Ia memutuskan untuk membacanya sejenak.

From : Saguru Hakuba
To : Ranaomi Kudo

Jika suatu saat nanti aku ke Jepang, mungkin kau juga berada disana. Aku ingin bertemu denganmu. Sungguh.

P. S. : Aku mencintaimu

Naomi tersenyum. Sudah lama ia tidak mendapatkan e-mail dari laki-laki itu. Jadi ia membalasnya.

From : Ranaomi Kudo
To : Saguru Hakuba

Jika kau benar-benar mencintaiku, mungkin kita akan bertemu. Aah, Saguru, andai aku abu-abu, bukan hitam atau putih, mungkin semua akan lebih mudah.

P.S. : Saat ini aku juga mencintaimu, tapi entahlah nanti ;)

Hahaha.. Naomi tertawa perlahan dan mematikan ponselnya. Sambil masuk ke dalam pesawat, Naomi bergumam, “Organisasi, bersiaplah menerima kehancuranmu, oleh peluru perak yang satu ini.”

...Great Detective Fin...

Next Fanfic : I’m NOT Perfect...
Sebuah kasus yang mengungkap banyak kelemahan Naomi. Siapa bilang detektif yang satu ini sempurna? Bahkan deduksinya bisa kacau hanya karena satu hal yang dibencinya...

Sequel : Invisible Detective
Naomi yakin, ada seorang detektif hebat yang tak terlacak. Mengapa ia tak tahu bahwa detektif itu bukannya tak terlacak, melainkan tersamarkan dalam wujud anak-anak.

Big thanks untuk semua review yang kuterima. Semua kritik dan saran kalian berusaha aku tampung, dan aku realisasikan. Sekadar cerita, Naomi adalah sebuah tokoh impianku, bukan mustahil kalau suatu saat aku akan menulis cerita dengan pemeran berkarakter sangat mirip Naomi. Dia bukanlah gadis tanpa cela, melainkan gadis yang belajar untuk menutupi celanya di hadapan orang lain. Sampai saat ini, semua fanfic yang aku tulis memuat Naomi sebagai OC nya, tapi bukan mustahil aku akan menulis dengan Original Character. Fic ini kalau dikumpulkan mungkin akan menjadi sebuah buku dengan cerita yang bersambung sambung. Karena setiap kasus Naomi bertemu dengan orang yang berbeda-beda, maka kujadikan setiap kasus satu fic, agar detailnya tak terpotong, dan genrenya nyambung. Untuk kritik saran dan request mengenai kasus seperti apa yang kalian inginkan, hubungi aku di PM ya..

N. B. : Fic ini akan bersambung ke I’m NOT Perfect, baru ke Invisible Detective


Have a testimoni? Mind to write it on review page?

You Might Also Like

0 Comments