Unbelievable Crime in London (Chapter 2)
16.02.00
Aku memperhatikan Naomi menyalakan laptopnya pagi ini.
Kemarin, setelah membawa pulang cetakan dokumen yang dikumpulkan Naomi, aku
memutuskan pulang untuk memikirkannya di ruang kerjaku. Sampai kapanpun aku
berpikir, entah mengapa kesimpulanku tetap sama. Hanya dua orang itu yang
mencurigakan. Grown dan Golgery. Tapi, aku tidak begitu saja memutuskan. Aku
tidak bisa menentukan seenaknya.
“Hei, Saguru coba lihat!” teriak Naomi kepadaku.
Aku yang diteriaki langsung menatap layar laptopnya.
SliceDark : Hei, aku sudah
berhasil mendapatkan info yang kau minta.
Thief’sDetect : Baguslah. Segera kirimkan padaku.
SliceDark : Nyalakan
receivernya. Akan segera kukirim datanya.
Thief’sDetect : Done..
SliceDark sending
data…
Naomi menunggu dengan santai. Sedangkan aku, malah khawatir.
Mungkin ini karena pertama kalinya aku dihadapkan pada kasus cyber-crime. Namun, aku berusaha
menutupinya.
Data sent…
Aku menghembuskan nafas panjang. Mengundang tatapan Naomi ke
arahku. Aku berpura-pura tidak melihatnya. Kami kembali terkonsentrasi pada
layar laptop.
Thief’sDetect : Thanks. Kuharap kau ada di saat aku butuh
bantuanmu.
SliceDark : Selalu. Kartu As
ku di tanganmu.
Thief’sDetect closing
conversation…
Naomi segera mencetak data yang dikumpulkan oleh SliceDark
ke dalam kertas berukuran folio.
*
Ratusan kilo dari tempat Naomi dan Saguru, seseorang
tersenyum riang. “Kaupikir aku takut padamu? Takut akan ancamanmu? Hahahaha..”
raungnya penuh kemenangan. “Aku yang akan menjerumuskanmu dalam kesimpulan yang
salah. Karena kau tak benar-benar tahu identitasku. Dasar, detektif bodoh!”
Orang itu menatap tulisan di layarnya.
Thief’sDetect closing
conversation…
“Sepertinya, akulah yang memegang kartu as mu. Dan kartu as
para pemimpin dunia.” seringainya seram.
*
Ralph Grown yang
Penuh Misteri
Pagi ini, keluarga
Ralph Grown mengenakan pakaian hitam-hitam. Menurut istrinya, kemarin sore,
suaminya meninggal dunia. Meskipun begitu, tidak ada pemakaman, dan tidak ada
yang buka mulut soal kepergian Grown. Tidak ada info sama sekali yang masuk ke
redaksi, televisi, atau media massa
lainnya. Bahkan tidak ada kabar yang sampai ke para pecinta komputer.
Satu-satunya yang tahu hanyalah istrinya. Yang tak juga mau buka mulut.
Kematian Tragis
Yuri Kariko dan Rowein Golgery
Pasangan programmer
dunia, Kariko dan Golgery minggu lalu dinyatakan meninggal dalam kebakaran di
Thelma Hotel, London .
Pasangan ini sebelumnya baru saja bertunangan di Nevada, Amerika Serikat dengan
pesta yang lumayan meriah. Kematian Yuri Kariko adalah hal yang paling menusuk
keluarganya. Sebab, tepat di hari pertunangan Kariko dengan Golgery, kembaran
laki-lakinya, Mura Kariko yang juga seorang programmer meninggal dunia.
Penyebabnya tidak diketahui.
Sedangkan kematian
Rowein Golgery, sepertinya sangat mengguncang dunia. Karena beliau baru saja
membuat sebuah anti-virus dua puluh lapis terkuat di dunia.
Apakah dunia harus
kehilangan lebih banyak lagi programmer yang dapat mencegah tercapainya
kejahatan cyber-crime?
Aku memandang Naomi yang duduk terdiam.
“Naomi?” panggilku.
Dia tersentak. Sepertinya dia terkejut karena panggilanku.
“Ya, Saguru?”
“Apa yang kau pikirkan?” tanyaku.
“Sepertinya, kecurigaanku lingkupnya mulai menyempit.
Menjadi 4 orang.”
“Oh, ya Naomi? Siapa saja?”
“Sebelum itu, kita analisis ke-sepuluh programmer itu.
Beritahu aku jika pemikiranku ada yang salah.”
Aku mengangguk.
“Yang pertama, James Cook. Laki-laki berkebangsaan Irlandia.
Kurasa, kita sama-sama tahu keadaannya. Dan, kalau aku jadi dia, aku akan lebih
dulu mengutamakan kesehatanku daripada menghancurkan sistem kerja PBB. Dan
begitu juga dengan Harry Berth yang mengalami gangguan jiwa. Pihak rumah sakit
tidak akan sama gilanya, dengan memberikan laptop pada orang sakit jiwa.
“Lalu, Theresa Loch dari USA, Freedy Path dari Inggris,
Grace Trenell dari Rusia, dan Ariana Harlth dari New Zealand bekerja di bawah
perintah pemerintah Negara masing-masing. Semua negara-negara itu, aku yakin
masih memiliki ketergantungan tinggi pada PBB.
“Jadi, tersangka yang tersisa tinggal 4 orang. Yaitu,
Drenedy Halkh dari German, Ralph Grown dari Austria, Rowein Golgery dari Korea
Selatan, dan Yuri Kariko dari Jepang. Ada
yang salah, Saguru?”
“Naomi, bukankah Yuri Kariko telah berhasil diidentifikasi
dan dinyatakan meninggal?”
“Apa kau lupa? Kariko dan Golgery baru saja bertunangan.
Kalau bertunangan, berarti mereka memakai cincin yang sama. Sedangkan Kariko
diidentifikasi melalui cincin. Jadi, ada kemungkinan kalau yang ditemukan
adalah mayat Golgery. Semua kemungkinan itu tetap ada, Saguru.”
“Hmmm…” gumamku. “Bukankah pembuat cincin dalam artikel yang
kau temukan menyatakan kalau itu memang cincin Kariko?”
“Apa yang bisa diharapkan dari mulut manusia yang haus akan
harta? Jika membicarakan harta, akal manusia itu tak ada matinya. Seakan lupa
bahwa Tuhan bisa saja murka dan mengambilnya.”
Aku terdiam mendengar kata-kata Naomi. “Baiklah. Kita mulai
penyelidikan darimana?”
“Tentu saja dari London .
Tempat Ny .
Grown tinggal.”
Mataku terbelalak. “Bukankah Grown ada di Austria ?”
“Istrinya sekarang telah menikah lagi dengan laki-laki
berkebangsaan Inggris. Dan sekarang menetap di Inggris.”
Mulutku menganga membentuk huruf O.
“Lagipula, kau harusnya tahu mengapa aku menetapkan mereka
menjadi tersangka. Karena yang bersangkutan dengan mereka, semua berdomisili di
Inggris. Ini alamat mereka.” Naomi menyerahkan selembar kertas padaku.
Dan aku kembali terbelalak.
*
“Siapa anda?” tanya pelayan rumah keluarga Rolfett.
“Oh, saya Saguru Hakuba, dan ini istri saya, Riyuki Hakuba.”
Naomi terkejut mendengarku memperkenalkan diri. Namun, aku memberinya tatapan
meyakinkan, sehingga dia pun tersenyum manis.
“Kami adalah tetangga baru di kompleks ini. Jadi, kami mau
memperkenalkan diri padaa keluarga ini sehingga lebih dekat.” kali ini Naomi
yang menjawab.
“Sepertinya, tidak ada tetangga baru di dekat sini…” ujar
pelayan itu, nampaknya cukup cerdik.
“Mungkin, kau hanya belum tahu..” ujarku meyakinkan tanpa
menyerah.
Pelayan itu cukup lama terpaku. Dia berpikir. “Hmm..
Baiklah.. Silakan masuk..”
Aku dan Naomi tersenyum.
*
Beruntungnya aku dan Naomi, karena yang ada di rumah hanya
Ny. Grown (sekarang Ny. Rolfett). Jadi, kami lebih leluasa berbicara.
“Jadi, kalian tinggal di sebelah mana kompleks ini?” tanya
Ny. Rolfett.
“Maaf sebelumnya karena kami berdua berbohong.” dahi Ny.
Rolfett berkerut mendengar aku bicara.
“Sebenarnya, kami adalah penyelidik kejahatan cyber-crime
dari Scotland Yard.” tambah Naomi.
Ny. Rolfett hendak bersuara dan meninggalkan kami, namun
Naomi mencegahnya dan menarik tangannya sambil berkata, “ini penting Nyonya.
Kalau tidak segera diperjelas, anda bisa dijebloskan ke dalam penjara seumur
hidup.”
Ny. Rolfett membatalkan semua tindakannya. “Baiklah, info
apa yang kalian mau?”
“Kenapa suami anda meninggal?” tanya Naomi, sedangkan aku
mulai menyalakan alat perekam suara yang telah kusiapkan.
Ny. Rolfett diam sebentar. “Tapi, kuharap kalian tidak
membocorkannya kepada siapapun.”
“Tentu saja, Nyonya. Kami menghargai privasi. Tapi, ini
merupakan prosedur penyelidikan.” kali ini aku yang berbicara.
“Nona Hakuba, sebenarnya suami saya meninggal karena
penyakit AIDS. Dan itu merupakan aib, makanya saya tidak bisa menyebarkannya
pada publik.”
Naomi terlihat sangat antusias.
“Keadaan suami saya begitu mengenaskan. Bahkan saya pun tak
kuat melihatnya.”
“Apa kami bisa mendapatkan bukti kalau anda tidak berbohong,
Nyonya?” tanya Naomi.
“Sebelum meninggal, suami saya sempat dirawat di rumah sakit
itu. Berharap bisa disembuhkan. Walaupun hasilnya tetap sia-sia. Dia juga
dimakamkan dekat rumah sakit itu.” Ny. Rolfett menyerahkan kertas itu pada
Naomi.
Aku sudah membacanya sejak wanita itu menulis, Delta
Hospital , Nevada , Amerika Serikat. Itu adalah rumah sakit yang cukup terkenal.
“Baik, Nyonya. Terima kasih atas kerjasama anda.” sahut
Naomi.
Ny. Rolfett mengangguk lemah.
Kami bergegas meninggalkan rumah megah itu, ketika Ny.
Rolfett memanggil kami, “Hakuba!”
Aku menoleh. Naomi juga.
Ny. Rolfett menatap Naomi dalam-dalam. “Kumohon, pecahkan
kasus ini..” ujarnya lemah. “Suamiku pernah berkata, dunia maya adalah tempatku
hidup dan mati, jadi siapapun yang mengotorinya, berarti mengotori hidup dan
matiku. Aku sangat mencintainya, karena itu, kumohon…”
“Jangan takut nyonya..” jawab Naomi. “Mengungkap kebenaran
bukan hanya sebatas formalitas untukku. Tapi merupakan sifat yang sudah
mendarah daging di tubuhku. Tanpa itu, mungkin aku akan mati.”
*
“Naomi, bukankah kediaman keluarga Kariko di dekat sini?”
tanyaku heran setelah Naomi menyatakan bahwa ia akan menemui Nona Halkh
terlebih dahulu.
“Percayalah, kalau aku tahu jalan mana yang ku ambil.” Naomi
menyahut tenang. Aku makin mencurigainya. Lagipula, namanya begitu familier di
telingaku.. Marganya.. Kudo?
Setelah perjalanan cukup lama, kami sampai di kediaman Nona
Halkh. Rumahnya tidak terlalu besar. Mungkin dia tipe orang yang suka hidup
sederhana, atau mungkin karena dia belum menikah.
Tokk… Tokk… Tokk…
“Permisi…” aku mengetuk pintu.
Tiba-tiba kepala seorang wanita cantik menyembul dari pintu.
“Siapa?” tanyanya.
“Kami penggemarmu.. Kau Drenedy Halkh, ‘kan ?” jawab Naomi dengan nada suara agak
maniak.
“Ya, tentu saja. Kau penggemarku? Wow, aku tak menyangka
kalau aku punya penggemar.”
“Pastinya banyak penggemarmu, Kak.” Naomi lagi-lagi berkata.
Miss Halkh membukakan pintu untuk kami. “Sepertinya kalian
bukan orang jahat. Maaf ya, pandanganku kurang jelas tanpa kacamata, jadi aku
harus melihat kalian dari dekat dulu sebelum membukakan pintu untuk kalian.”
wanita itu meminta maaf.
“Tak apa, Kak.” aku yang menjawabnya karena Naomi sepertinya
mendapat telepon. Dari siapa ya?
Tiba-tiba wajah Naomi menjadi sangat pucat.
Aku dan Miss Halkh menghampirinya. Wajah Miss Halkh sangat
khawatir. Naomi menatapku kaku. “Terjadi lagi, Hakuba…”
Keningku berkerut. Apa yang… oh, aku mengerti.
“Dan, seperempat sistem kami, ditembus…”
Kali ini keningku benar-benar berkerut. Kami? Siapa yang
Naomi Maksud?
To Be Continued…
Part 3
Seorang tersangka
kini tak lagi jadi tersangka. namun, ada sesuatu yang terlewatkan. Apa itu?
0 Comments