Selasa, 14 Juni 2016

Great Detective (Chapter 6)

Seorang wanita memandang cemas ke arah jendela.
Sudah berbulan-bulan, bahkan hampir setahun anak perempuannya tidak pulang ke rumah. Ia mengeri profesi anaknya sebagai seorang agen FBI. Namun, wanita itu –Yukiko- tak bisa membohongi dirinya bahwa dia merasa sangat khawatir.
Ditambah lagi, ia kehilangan kontak dari anak laki-lakinya yang tinggal sendirian di Jepang. Sebagai seorang ibu, tentu beban pikirannya begitu berat.
Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya dan berdiri disampingnya. Merangkulnya erat. Rangkulan hangat yang berusaha menenangkannya.
Yukiko menatap orang itu. Laki-laki tampan bersahaja yang merupakan ayah dari anak-anaknya. Tanpa mengucap apapun, Yukiko menangis di pelukan laki-laki itu. Tersedu cukup lama seakan dia tak lagi memiliki waktu untuk menangis.
Dan Yusaku hanya bergumam, “semua akan baik-baik saja” dengan lemah. Lebih terdengar meyakinkan diri sendiri daripada menenangkan Yukiko. Namun, Yukiko mengangguk, tak ingin memperpanjang kesedihannya dan menangis karena sebuah ketidakpastian. Dia hanya diam dalam kebingungan.
Bingung, siapa yang harus lebih di khawatirkannya. Shinichi atau Naomi?
Jika dia lebih memilih Shinichi, maka dia akan pergi ke Jepang, dan meninggalkan Amerika untuk memastikan keadaan anak itu.
Tapi kalau dia dan Yusaku melakukan itu, bagaimana dengan Naomi dan pekerjaan Yusaku. Sedangkan novelis itu masih terlibat kontrak.
Seakan mampu membaca pikiran Yukiko, Yusaku kembali bergumam, “Shinichi pasti baik-baik saja..”
Memberi jawaban pada Yukiko apa yang harus dilakukannya. Tetap disini dan menunggu Naomi.

*

Markas Pusat Federal Bureau of Investigations
New York, Amerika Serikat

“Kau sekarang mengalami masa transisi, Kudo. Kenaikan pangkat dari agen pemula menjadi agen tingkat atas, di tahun ketiga. Kau hebat!” puji salah seorang karyawan kantor yang mengurus soal tanda pengenal agen.
“Tidak juga. Ini hanya hadiah karena aku berhasil menangkap boss dari Organisasi rahasia yang melakukan penyelundupan bom dan berniat meledakkan kantor Presiden.” ujar Naomi dengan nada merendah. Walau sebenarnya, kata-katanya tak bisa digolongkan merendahkan diri.
“Yah, apapun itu. Kau pasti tahu, menjadi agen tingkat atas berarti kau sudah siap mempertaruhkan nyawamu lebih besar dari sebelumnya.” ujar karyawan bernama Ariana Luciff itu.
“Aku sangat heran dengan orang-orang disini, Miss Luciff. Kenapa mereka suka sekali memainkan kata nyawa dalam permainan ini. Padahal, nyawa adalah kata yang hanya menjadi urusan Tuhan. Menyebutnya secara lancang akan membuat Tuhan mengambilnya lebih cepat. Sebaiknya, kau mulai berhati-hati dengan kata itu, Miss.” ujar Naomi santai.
“Yah, apa katamu saja lah. Memangnya kau siap jika Tuhan mengambilnya darimu?” tanya Miss Luciff sambil terus memproses tanda pengenal Naomi.
“Seseorang pernah bilang padaku. Fear of death is worse than death it self. Jadi, buat apa aku takut. Tuhan menciptakanku bukan untuk membiarkanku menguasai dunia, tapi untuk mengambilku dalam keadaan terbaik.” jawab Naomi lagi, kali ini sambil menguatk-atik telepon genggamnya.
Miss Luciff berhenti mengetik sejenak dan memandang Naomi. Siapa sebenarnya anak ini? pikirnya dalam hati.
“Kenapa, Miss?” tanya Naomi yang memergoki Miss Luciff sedang memandanginya.
“Ah, nggak. Ini, tanda pengenalmu sudah selesai.” ujarnya sambil menyerahkan kartu berwarna emas berlogo FBI bertuliskan, Ranaomi Kudo, Expert Agency. Dan fotonya yang terpampang di pojok kiri bawah. Serta tanda tangan presiden FBI di pojok kanan bawah.
“Thanks, Miss!” Naomi tersenyum manis.
“Your welcome!” jawab Miss Luciff, sambil memandang wajah pertama Naomi yang memperlihatkan bahwa dia memang masih remaja. Manis, cantik, dan polos.

*

Sementara itu, setelah meninggalkan Miss Luciff, Naomi berjalan ke room J. Tempat biasa dia, Jodie, Akai, dan James berkumpul.
Tok.. Tok.. Tok..
Dia mengetuk pintu perlahan.
Pintu itu terbuka, menampilkan wajah Jodie Starling yang serius. “Kebetulan, Naomi. Ada yang ingin kami bicarakan padamu.”
Naomi tak menjawab. Dia hanya memasang tampang heran, lalu masuk ke dalam Room J daan mengunci pintunya.
Naomi duduk di sofa, dan memandang tiga orang yang aada di dalam dengan tampang bertanya-tanya. Tapi, dia tetap tak berkata apa-apa, karena tahu itu hanya akan membuat pembicaraan tertunda.
“Sepertinya, kau mulai tak menepati ucapanmu, ya?” James Black memulai.
“Yang mana?” tanya Naomi.
“Bahwa kau hanya akan menjadi agen terselubung, sehingga tak terlalu membahayakan dirimu.” jawab James Black.
“Mungkin sudah saatnya. Usiaku hampir 17 tahun. Dan aku harus berani mengambil resiko secara utuh.”Naomi mencoba membela diri dengan tenang.
“Tapi, itu akan membuat nyawamu maakin terancam, Naomi. Dan bagaimana dengan masa mudamu?” sergah Jodie.
“Kalau begitu, Kak Jodie bagaimana denganmu? Apakah selama dididik menjadi agen FBI kau merasa terkekang? Apakah kau merasa menyesal? Apa kau selalu merasa nyawamu terancam?” tanya Naomi.
Jodie Starling menggeleng. Room J mendadak hening. Sampai James Black kembali bersuara. “Baiklah kalau itu pilihanmu. Aku punya tugas untukmu, membongkar kedok suatu organisasi.”
“Organisasi apa?” Naomi kembali bertanya.
“Salah satu organisasi yang sudah lama. Organisasi ini mengincar kehancuran dunia melalui PBB. Baru-baru ini mereka meng-hack program perlindungan data rahasia PBB dan Amerika Serikat. Agen FBI bidang cyber-crime telah mencoba menggagalkan aksi organisasi itu. Tapi, sepertinya belum ada yang berhasil.” james Black menjelaskan.
“Ini sekaligus ajang latihan untukmu. Jika kau berhasil, sama saja kau menyatakan diri siap menyatakan perang dengan Organisasi Hitam.” tambah Shuichi.
“Oke. Aku minta detail kasusnya dikirim ke e-mail ku.” pinta Naomi.
“Ya, aku akan mengirimnya.” jawab James Black.

*

Naomi mengunci pintu kamarnya di apartemen yang letaknya tidak terlalu jauh dari markas FBI. Perlahan dia membuka laptop untuk mengecek e-mail.
Dia membuka e-mail terbaru yang tentu saja dari James Black. E-mail mengenai detail kasus itu.

From     : James Black
To                           : Ranaomi Kudo
Diawali 5 bulan yang lalu.
Untuk pertama kalinya, sistem keamanan komputer PBB mengalami serangan worm. Worm itu menembus dengan sangat cepat dan dengan mudah melewati 6 lapis pertama program keamanan komputer PBB dengan total 99 lapis.
Tanpa diduga, worm itu berhasil menembus hingga lapisan 46. Padahal, menembus satu lapis-pun diperlukan virus komputer yang kuat, karena program keamanan itu dibeli dengan harga yang sangat tinggi pada 10 pembuat program keamanan komputer yang terhebat dari berbagai belahan dunia.
Setelah menembus 46 lapis, worm itu mati. Namun, 46 lapis keamanan itu rusak, sehingga PBB mengalami kerugian hingga 95.000.000$.
Lalu, 3 bulan yang lalu, sistem keamanan data Amerika Serikat yang hanya terdiri dari 50 lapis, ditembus hingga menyisakan 10 lapis. Sehingga Amerika mengalami kerugian mencapai 32.000.000$.
Puncaknya, sebulan yang lalu, dalam waktu yang bersamaan, Presiden PBB dan Presiden Amerika Serikat mendapat pesan yang sama di e-mail rahasia mereka. pesan tantangan bertuliskan, I AM THE NEW KING OF THE WORLD.
Setelah dilacak melalui satelit, pesan tersebut berasal dari London. Dan di London memang ada sebuah Organisasi terkenal yang sering berusaha meng-hack sistem keamanan PBB, dan keberadaannya sulit dilacak. Tapi biasanya, mereka bahkan tak berhasil meng-hack lapisan pertama. Saat ini agen FBI bidang penanganan kejahatan cyber-crime hampir menyerah. Dugaan kuat FBI adalah organisasi itu. Dapatkah kau menyelesaikan kasus ini, Naomi?

Naomi meng-copy data itu ke flash disk milik ayahnya yang selalu menggantung di lehernya.
Dia kemudian meraih handphone nya dan mengetikkan sesuatu.

Besok aku akan berangkat ke London. Tolong siapkan tiket ya, Kak Jodie.

Naomi menunggu sejenak, dan akhirnya…

Message sent

Baru selesai membaca-pun, dia sudah terbayang, siapa tersangka pelaku perbuatan itu.
Dan sepertinya, tak sesulit kedengarannya.

To Be Continued…

Apakah Naomi berhasil menyelesaikan kasus cyber-crime itu? Temukan jawabannya di fanfic Unbelievable Crime in London

Chapter 7 The Important Mission

Jika Naomi berhasil menyelesaikan kasus cyber-crime itu, maka ia berhak menjalankan misi utamanya…

0 comments:

Posting Komentar